Senin, 15 Februari 2016

Proses dan Teori Public Relations



DASAR-DASAR PUBLIC RELATIONS

“Proses dan Teori Public Relations”











DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
Erry Hidayat Saiful     B.501.14.010              Nikmatusholeha          B.501.14.035
Siti magfirah               B.501.14.016              Sofyan due                  B.501.14.002
Zulfikar                       B.501.14.089




PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO

2015

Teori dan Manajemen Public Relation

A.     MENDEFENISIKAN TEORI
Salah satu kerja para praktisi public relations adalah mengevaluasi mengapa sebuah rencana berjalan atau tidak berjalan sehingga mereka menyesuaikan strategi mereka dengan kerja-kerja masa datang. Teori merupakan sebuah prediksi tentang bagaimana sebuah peristiwa dan aksi saling terkait. Sebagai contoh Pr Reporter menjelaskan kegagalan sebuah pesan kampanye yang didanai negara untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan. Pernyataan ini merefleksikan banyak sekali teori tentang penggunaan rasa takut untuk mempengaruhi seseorang (fear appeal theory). Teori ini memprediksiakan bahwa hanya akan ada sedikit pernahan pada diri seseorang jika jita bergantung berlebihan pada strategi menakut-nakuti.
Kira memiliki banyak teori tentang aksi dan peristiwa dalam public relations. Beberapa sangat membantu kita karena kita menguji teori-teori tersebut secara reguler dan memperhatikan hubungan yang sama sepanjang waktu.

1.      TEORI HUBUNGAN
Teori hubungan terbagi beberapa teori lagi sebagai berikut :
Ø  Teori Sistem
Teori sistem sangat berguna dalam public relations karena memberi sebuah cara untuk memikirkan tentang hubungan. Secara umum, teori sistem memandang organisasi sebagai suatu wadah yang tercipta dari bagian yang saling terkait, yang dapat beradaptasi serta menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam bidang politik, ekonomi, dan lingkungan sosial di mana organisasi itu beroperasi.
Gruning, Gruning, dan Dozier menyatakan bahwa perspektif sistem menekankan adanya saling ketergantungan organisasi dengan lingkungan mereka, baik lingkungan internal maupun eksternal. Organisasi dengan sistem terbuka meggunakan orang-orang public relations untuk mencari informasi tentang seberapa produktifakah hubungan mereka dengan klien, nasabah, dan stakeholder lainnya. Sistem tertutup tidak berusaha mencari informasi baru. Pengambilan keputusan beroperasi dengan mendasarkan pada apa yang terjadi pada masa lalu atau berdasarkan keinginan pribadi saja.
Lingkungan kadang membawa masalah pada organisasi. Sebagai contoh, para pelanggan dapat memboikot produk dari sebuah organisai. Pengadilan dapat menuntut organisasi untuk membayar ganti rugi kepada orang yang terluka karena produk mereka. Oleh karena kita menggunakan teori sistem, kita dapat mengidentifikasi stakeholder dari sebuah organisasi dan dengan menjangkau batas-batas organisasi, kita dapat mengantisipasi setiap kebutuhan dari hubungan ini.
Ø  Teori Situasional
Grunigg dan Repper setuju bahwa merupakan langkah awal yang  baik untuk menggunakan konsep stakeholder sebagai cara hubungan (relationship). Namun demikian mereka menyimpulkan bahwa tidak semua orang dalam kelompok stakeholder yang akan sama-sama senang berkomunikasi dengan organisai. Grunigg dan Hunt berteori bahwa public meliputi mereka yang secara aktif mencari dan memprose informasi tentang organisasi atau satu isu yang menarik mereka, sampai pada mereka yang menerima informasi secara pasif. Menurut dua peneliti ini ada 3 variabel yang berpengaruh ketika public menerima dan memproses informasi yang terkait sebuah isu. Kuncinya adalah public itu bersifat situasional. Maksudnya , ketika situasi, problem, peluang, atau isu berubah public pun berubah.
Pengenalan Masalah, public yang berhadapan dengan sebuah isu, pertama kali harus menyadari dan mengenai potensi dampaknya terhadap mereka. Sebagai contoh, orang tua yang memiliki anak usia sekolah akan lebih peduli dengan isu terkait fasilitas sekolah yang kurang bagus ketimbang isu tentang regulasi untuk pembayaran pajak yang tidak memiliki anak.
Pengenalan Kendala, variabel ini menjelaskan bagaimana public memersepsi kendala yang mugkin mereka temui saat mencari solusi terhadap sebuah masalah. Jika mereka yakin memiliki kemampuan dalam mempengaruhi sebuah isu, maka mereka cenderung akan mencari dan memprose isu tersebut.
Tingkat Keterlibatan, variabel ini mengacu kepada seberapa jauh seorang individu peduli dengan sebuah isu. Mereka yang peduli akan menjadi komunikator yang baik dalam sebuah isu yang terkait, sebaliknya mereka yang tidak perduli akan menjadi pasif dalam mencari informasi dan memproses sebuah isu.
Dalam menggunakan ketiga variabel ini Grunig dan Hunt menjelaskan empat respons yang mengikuti sebuah isu, mulai dari yang tinggi sampai yang terendah dalam dimensi ini. Teori situasional juga membantu menjelaskan mengapa sekelompok orang aktif pada isu tertentu, yang lainnya aktif dalam banyak isu, sementara yang lain bersikap apatis.
2.      TEORI PERSUASIF DAN PENGARUH SOSIAL
Seb uah usaha persuasif menghasilkan beberapa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan perilaku target audiensu. Ada beberapa istilah yang menyangkut persuasif. Kesadaran (awareness): menerima informasi pertama kali. Sikap (attitudes): kecendrungan untuk suka atau tidak terhadap sesuatu. Keyakinan (beliefs): penilaian tentang benar atau salahnya sesuatu. Perilaku (behavior): sebuah aksi yang bisa diamati.
Ø  Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial menggunakan metafor ekonomi tentang biaya dan keuntungan (cost and benefit) untuk memprediksi prilaku. Teori ini berasumsi bahwa seorang atau kelompok akan memilih strategi berdasarkan hitungan-hitungan biaya dan keuntungan yang dia peroleh. Teori yang dikembangkan oleh Jhon Thibaut dan Harold Kelley ini berlaku untuk banyak bidang kajian. Termasuk komunikasi interpersonal, public relations, dan teori organisasi. Teori pertukaran sosial menegaskan orang menjadi faktor penting dalam konsekuensi perilaku mereka sebelum mereka berbuat sesuatu.
Ø  Teori Difusi
Teori difusi adalah cara lain dalam melihat bagaimana orang memproses dan menerima informasi. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan mengadopsi sebuah ide hanya setelah melewati lima langkah terpisah berikut.
1.      Kesadaran. Individu yang bersangkutan telah terekspos dengan ide tersebut.
2.      Minat. Ide harus membangkitkan minat individu yang bersangkautan.
3.      Evaluasi. Individu harus mempertimbangkan bahwa ide tersebut berpotensi memilki kegunaan.
4.      Percobaan. Individu tersebut mengujicoba ide itu kepada orang lain.
5.      Adopsi. Tahap ini mempresentasikan penerimaan akhir dari ide tersebut setelah sukses melewati emapat langkah sebelumnya.
Teori ini berguna dalam menjelaskan bagaimana kita sampai pada sebuahkeputusan-bukan aksi berdasarkan gerak hati semata. Pengujian model ini memberitahukan pada kita bahwa media massa diperlukan dua langkah pertama; sementara kontak pribadi diperlukan pada dua langkah berikutnya.
Ø  Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial berusaha menjelaskan dan memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini membantu kita memahami bahwa contoh dari persoalan tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh prilaku yang baru.
Psikologi sosial, Albert Bandura, mengatakan bahwa kita bisa mempelajari sebuah perilaku baru hanya dengan mengamati perilaku orang lain. Kemungkinan akan muncul perilaku tertentu akan lebih ditentukan oleh konsekuensi yang diharapkan dengan melakoni perilaku tersebut. Semakin positif dan semakin bnyak keuntungan yang bisa diperoleh, akan mungkin perilaku tersebut muncul.
Model Elaborasi Kemungkinan Gagasan tentang “rute” adalah salah satu yang sentral bagi teori yang menjelaskan tentang dua jalan mempegaruhi orang-orang. Richard Petty dan Jhon Cacioppo menjelaskan rute pertama sebagai “rute sentral” sebuah situasi di mana orang secara aktif memikirkan sebuah ide.
Model Elaborasi Kemungkinan (elaboarated likelihood model) mengajukan sebuah “rute pinggiran” di mana orang dipengaruhi oleh hal-hal seperti pengulangan, juru bicara yang sangan kredible, atau bahkan juga dengan keuntunah (reward) yang nyata.



3.      TEORI KOMUNIKASI MASSA
Ø  Teori Manfaat dan Greatifikasi
Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang membutukan surat kabar harian, menonton berita jam enam pagi, atau mendengarkan radio. Televisi dan radio disebut media massa, namun setiap orang memilih kapan dan bagaimana mereka menggunakan media massa tersebut.
Para peneliti telah menemukan bahwa orang memanfaatkan media massa untuk tujuan berikut.
1.      Sebagai media hiburan.
2.      Untuk memeriksa keadaan lingkungan jika ada sesuatau yang penting bagi mereka secara pribadi.
3.      Sebagai pengalihan dan rutinitas.
4.      Sebagai pengganti hubungan personal.
5.      Sebagai cek dari identitas dan nilai personal.
Bagi para praktisi public relations, hal ini berarti bahwa tidak semua orang akan melihat atau mendengar berita buruk tentang sebuah perusahaan atau produk tertentu. Para praktisi public relations harus mengantisipasi bahwa pesan-pesan di media massa itu akan dibentuk, dipilih, dan ditafsirkan dengan beragam cara.
Ø  Teori Pengaturan Agenda
Bernard Cohen mencatata bahwa walaupun media tidak bisa mengatakan kepada orang tentang what to think ( apa yang harus dipikirkan), namun media sangat sukses menyampaikan kepada orang what to think about! I ( tentang apa yang harus dipikirkan).
Praktisi public relations berusaha mempengaruhi agenda media dengan menyediakan berida untuk konsumsi masyarakat. Untuk mencapai hal ini, mereka berusaha mengidentifikasi persoalan yang bagu editor atau direktur berita dianggap sebagai sebuah berita, kemudian mereka melokalisasi pesan mereka dan membantu perwakilan media unutk membuat berita.
4.      PENDEKATAN TERHADAP RESOLUSI KONFLIK
Konflik biasanya melibatkan seseorang atau kelompok yang secara aktif melawan nilai atau tujuan orang lain. Sebagai halnya individu konflik perusahaan terjadi ketikas seorang stakeholder bergerak dalam arah berbeda dengan oraganisasi sehingga menciptakan perpecahan di antara pihak terkait. Ketika ini terjadi, seorang profesional public relations harus berusaha menggerakkan organisasi dan public menuju sebuah resolusi.

A.     MANAGAMENT PUBLIC RELATIONS
Dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkungan, seorang praktisi PR harus memiliki tahap-tahap dalam melakukan kegiatannya. Menurut Cutlip dan Center, ada empat proses public relations. Proses tersebut bersifat dinamis, sehingga setiap unsur yang ada pun berkesinambungan. Keempat proses tersebut adalah: 
1.      Research (penelitian)
Seorang praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan. Oleh sebab itu, praktisi PR perlu melibatkan dirinya dalam penelitian dalam pe-ngumpulan fakta. Ia perlu memantau dan membaca tentang pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang yang berkepentingan dan terpengaruhi oleh tindakan perusahaan. “What’s happening now?” merupakan kata-kata yang menjelaskan tahap ini. Seorang praktisi PR harus jeli dalam melihat data dan fakta yang erat sangkut pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Segala keterangan harus diperoleh selengkap mungkin. Dalam tahap mendefinisikan penilitian, seorang praktisi PR harus meng-olah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan, melakukan pertimbangan, dan menghasilkan penilaian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah didapat. Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan dengan cara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion, wawancara mendalam, danwalking around research.
2.      Planning (perencanaan)
Setelah tahap penelitian dan pencarian data, praktisi PR melanjutkan ke tahap perencanaan. Dalam tahap ini, praktisi PR melakukan penyusunan masalah. Ia melakukan pemikiran untuk mengatasi masalah dan menentukan orang-orang yang akan menggarap masalah nantinya. Perencanaan ini tidak boleh diabaikan, namun harus dipikirkan secara matang karena turut menentukan suksesnya pekerjaan PR secara keseluruhan. Perencanaan disusun atas data dan fakta yang telah diperoleh, bukan berdasarkan keinginan PR. Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik. Kata kunci dari tahap ini adalah, “What should we do and why?”
3.      Action and Communication (aksi dan komunikasi)
Komunikasi sering kali dilakukan berdasarkan asumsi pribadi oleh seorang praktisi PR. Akibatnya, tindakan tersebut terkadang membawa hasil yang buruk dan tidak disarankan karena akan berisiko pada citra perusahaan. Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban pertanyaan, “How do we do it and say it”. Tujuan dan objektivitas yang spesifik harus dikaitkan untuk mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan oleh praktisi PR. Ia harus mampu mengkomunikasikan pelak pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi sikap publiknya yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Selain itu, ia juga harus melakukan aksi dan melakukan kegiatan PR sebaik-baiknya. Kegiatan aksi ini merupakan kegiatan komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi organisasional.
4.      Evaluation (evaluasi)
Cara untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum adalah dengan mengadakan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengukur keefektifitasan proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, ia pun dituntut untuk teliti dan seksama demi keakuratan data dan fakta yang telah ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nama tengah seorang praktisi PR adalah ‘krisis’. Oleh karena itu, setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan masalah baru lagi. Dengan demikian, tahap ini juga sebagai acuan perencanaan di masa mendatang. Singkat kata, “How did we do?” menjadi acuan dalam tahap ini.











KESIMPULAN
PR pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi, walaupun ada sedikit perbedaan dengan kegiatan komunikasi lainnya karena ciri hakiki komunikasi PR adalah two way communications  (komunikasi dua arah atau timbal balik). Arus komunikasi timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan PR sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan prinsip pokok dalam PR. PR berfungsi menumbuhkan hubungan baik antar segenap komponen pada suatu lembaga atau perusahaan dalam rangka memberi pengertian memberikan motivasi dan partisipasi.  PR memiliki 4 proses antara lain Research (Penelitian), Planning (Perencanaan), Action And Communication (Aksi Dan Komunikasi), Evaluation (Evaluasi)

            REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar