Jumat, 24 Juni 2016

jembatan 4 Palu



Jembatan Palu IV atau Jembatan Ponulele merupakan sebuah jembatan yang terletak di Kota PaluSulawesi TengahIndonesia. Jembatan ini diresmikan pada Mei 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jembatan ini membentang di atas Teluk Talise ini berada di kelurahan Besusu dan Lere, yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat. Jembatan kuning ini merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Perancis.
Panjang jembatan utama: 250 m Titik tertinggi lengkung jembatan: 20,2 m dari badan jembatan Lebar jembatan: 7,5 m Luas permukaan besi total jembatan: 6234,40 m2 (sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Palu_IV)
tidak lengkap rasanya bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota palu sebelum melewati atau sekedar memotret jembatan yang indah ini, jembatan ini merupakan icon bangunan yang terkenal di kota palu dan objek paling populer di kalangan pecinta fotografi.

Senin, 15 Februari 2016

Proses dan Teori Public Relations



DASAR-DASAR PUBLIC RELATIONS

“Proses dan Teori Public Relations”











DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
Erry Hidayat Saiful     B.501.14.010              Nikmatusholeha          B.501.14.035
Siti magfirah               B.501.14.016              Sofyan due                  B.501.14.002
Zulfikar                       B.501.14.089




PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO

2015

Teori dan Manajemen Public Relation

A.     MENDEFENISIKAN TEORI
Salah satu kerja para praktisi public relations adalah mengevaluasi mengapa sebuah rencana berjalan atau tidak berjalan sehingga mereka menyesuaikan strategi mereka dengan kerja-kerja masa datang. Teori merupakan sebuah prediksi tentang bagaimana sebuah peristiwa dan aksi saling terkait. Sebagai contoh Pr Reporter menjelaskan kegagalan sebuah pesan kampanye yang didanai negara untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan. Pernyataan ini merefleksikan banyak sekali teori tentang penggunaan rasa takut untuk mempengaruhi seseorang (fear appeal theory). Teori ini memprediksiakan bahwa hanya akan ada sedikit pernahan pada diri seseorang jika jita bergantung berlebihan pada strategi menakut-nakuti.
Kira memiliki banyak teori tentang aksi dan peristiwa dalam public relations. Beberapa sangat membantu kita karena kita menguji teori-teori tersebut secara reguler dan memperhatikan hubungan yang sama sepanjang waktu.

1.      TEORI HUBUNGAN
Teori hubungan terbagi beberapa teori lagi sebagai berikut :
Ø  Teori Sistem
Teori sistem sangat berguna dalam public relations karena memberi sebuah cara untuk memikirkan tentang hubungan. Secara umum, teori sistem memandang organisasi sebagai suatu wadah yang tercipta dari bagian yang saling terkait, yang dapat beradaptasi serta menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam bidang politik, ekonomi, dan lingkungan sosial di mana organisasi itu beroperasi.
Gruning, Gruning, dan Dozier menyatakan bahwa perspektif sistem menekankan adanya saling ketergantungan organisasi dengan lingkungan mereka, baik lingkungan internal maupun eksternal. Organisasi dengan sistem terbuka meggunakan orang-orang public relations untuk mencari informasi tentang seberapa produktifakah hubungan mereka dengan klien, nasabah, dan stakeholder lainnya. Sistem tertutup tidak berusaha mencari informasi baru. Pengambilan keputusan beroperasi dengan mendasarkan pada apa yang terjadi pada masa lalu atau berdasarkan keinginan pribadi saja.
Lingkungan kadang membawa masalah pada organisasi. Sebagai contoh, para pelanggan dapat memboikot produk dari sebuah organisai. Pengadilan dapat menuntut organisasi untuk membayar ganti rugi kepada orang yang terluka karena produk mereka. Oleh karena kita menggunakan teori sistem, kita dapat mengidentifikasi stakeholder dari sebuah organisasi dan dengan menjangkau batas-batas organisasi, kita dapat mengantisipasi setiap kebutuhan dari hubungan ini.
Ø  Teori Situasional
Grunigg dan Repper setuju bahwa merupakan langkah awal yang  baik untuk menggunakan konsep stakeholder sebagai cara hubungan (relationship). Namun demikian mereka menyimpulkan bahwa tidak semua orang dalam kelompok stakeholder yang akan sama-sama senang berkomunikasi dengan organisai. Grunigg dan Hunt berteori bahwa public meliputi mereka yang secara aktif mencari dan memprose informasi tentang organisasi atau satu isu yang menarik mereka, sampai pada mereka yang menerima informasi secara pasif. Menurut dua peneliti ini ada 3 variabel yang berpengaruh ketika public menerima dan memproses informasi yang terkait sebuah isu. Kuncinya adalah public itu bersifat situasional. Maksudnya , ketika situasi, problem, peluang, atau isu berubah public pun berubah.
Pengenalan Masalah, public yang berhadapan dengan sebuah isu, pertama kali harus menyadari dan mengenai potensi dampaknya terhadap mereka. Sebagai contoh, orang tua yang memiliki anak usia sekolah akan lebih peduli dengan isu terkait fasilitas sekolah yang kurang bagus ketimbang isu tentang regulasi untuk pembayaran pajak yang tidak memiliki anak.
Pengenalan Kendala, variabel ini menjelaskan bagaimana public memersepsi kendala yang mugkin mereka temui saat mencari solusi terhadap sebuah masalah. Jika mereka yakin memiliki kemampuan dalam mempengaruhi sebuah isu, maka mereka cenderung akan mencari dan memprose isu tersebut.
Tingkat Keterlibatan, variabel ini mengacu kepada seberapa jauh seorang individu peduli dengan sebuah isu. Mereka yang peduli akan menjadi komunikator yang baik dalam sebuah isu yang terkait, sebaliknya mereka yang tidak perduli akan menjadi pasif dalam mencari informasi dan memproses sebuah isu.
Dalam menggunakan ketiga variabel ini Grunig dan Hunt menjelaskan empat respons yang mengikuti sebuah isu, mulai dari yang tinggi sampai yang terendah dalam dimensi ini. Teori situasional juga membantu menjelaskan mengapa sekelompok orang aktif pada isu tertentu, yang lainnya aktif dalam banyak isu, sementara yang lain bersikap apatis.
2.      TEORI PERSUASIF DAN PENGARUH SOSIAL
Seb uah usaha persuasif menghasilkan beberapa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan perilaku target audiensu. Ada beberapa istilah yang menyangkut persuasif. Kesadaran (awareness): menerima informasi pertama kali. Sikap (attitudes): kecendrungan untuk suka atau tidak terhadap sesuatu. Keyakinan (beliefs): penilaian tentang benar atau salahnya sesuatu. Perilaku (behavior): sebuah aksi yang bisa diamati.
Ø  Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial menggunakan metafor ekonomi tentang biaya dan keuntungan (cost and benefit) untuk memprediksi prilaku. Teori ini berasumsi bahwa seorang atau kelompok akan memilih strategi berdasarkan hitungan-hitungan biaya dan keuntungan yang dia peroleh. Teori yang dikembangkan oleh Jhon Thibaut dan Harold Kelley ini berlaku untuk banyak bidang kajian. Termasuk komunikasi interpersonal, public relations, dan teori organisasi. Teori pertukaran sosial menegaskan orang menjadi faktor penting dalam konsekuensi perilaku mereka sebelum mereka berbuat sesuatu.
Ø  Teori Difusi
Teori difusi adalah cara lain dalam melihat bagaimana orang memproses dan menerima informasi. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan mengadopsi sebuah ide hanya setelah melewati lima langkah terpisah berikut.
1.      Kesadaran. Individu yang bersangkutan telah terekspos dengan ide tersebut.
2.      Minat. Ide harus membangkitkan minat individu yang bersangkautan.
3.      Evaluasi. Individu harus mempertimbangkan bahwa ide tersebut berpotensi memilki kegunaan.
4.      Percobaan. Individu tersebut mengujicoba ide itu kepada orang lain.
5.      Adopsi. Tahap ini mempresentasikan penerimaan akhir dari ide tersebut setelah sukses melewati emapat langkah sebelumnya.
Teori ini berguna dalam menjelaskan bagaimana kita sampai pada sebuahkeputusan-bukan aksi berdasarkan gerak hati semata. Pengujian model ini memberitahukan pada kita bahwa media massa diperlukan dua langkah pertama; sementara kontak pribadi diperlukan pada dua langkah berikutnya.
Ø  Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial berusaha menjelaskan dan memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini membantu kita memahami bahwa contoh dari persoalan tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh prilaku yang baru.
Psikologi sosial, Albert Bandura, mengatakan bahwa kita bisa mempelajari sebuah perilaku baru hanya dengan mengamati perilaku orang lain. Kemungkinan akan muncul perilaku tertentu akan lebih ditentukan oleh konsekuensi yang diharapkan dengan melakoni perilaku tersebut. Semakin positif dan semakin bnyak keuntungan yang bisa diperoleh, akan mungkin perilaku tersebut muncul.
Model Elaborasi Kemungkinan Gagasan tentang “rute” adalah salah satu yang sentral bagi teori yang menjelaskan tentang dua jalan mempegaruhi orang-orang. Richard Petty dan Jhon Cacioppo menjelaskan rute pertama sebagai “rute sentral” sebuah situasi di mana orang secara aktif memikirkan sebuah ide.
Model Elaborasi Kemungkinan (elaboarated likelihood model) mengajukan sebuah “rute pinggiran” di mana orang dipengaruhi oleh hal-hal seperti pengulangan, juru bicara yang sangan kredible, atau bahkan juga dengan keuntunah (reward) yang nyata.



3.      TEORI KOMUNIKASI MASSA
Ø  Teori Manfaat dan Greatifikasi
Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang membutukan surat kabar harian, menonton berita jam enam pagi, atau mendengarkan radio. Televisi dan radio disebut media massa, namun setiap orang memilih kapan dan bagaimana mereka menggunakan media massa tersebut.
Para peneliti telah menemukan bahwa orang memanfaatkan media massa untuk tujuan berikut.
1.      Sebagai media hiburan.
2.      Untuk memeriksa keadaan lingkungan jika ada sesuatau yang penting bagi mereka secara pribadi.
3.      Sebagai pengalihan dan rutinitas.
4.      Sebagai pengganti hubungan personal.
5.      Sebagai cek dari identitas dan nilai personal.
Bagi para praktisi public relations, hal ini berarti bahwa tidak semua orang akan melihat atau mendengar berita buruk tentang sebuah perusahaan atau produk tertentu. Para praktisi public relations harus mengantisipasi bahwa pesan-pesan di media massa itu akan dibentuk, dipilih, dan ditafsirkan dengan beragam cara.
Ø  Teori Pengaturan Agenda
Bernard Cohen mencatata bahwa walaupun media tidak bisa mengatakan kepada orang tentang what to think ( apa yang harus dipikirkan), namun media sangat sukses menyampaikan kepada orang what to think about! I ( tentang apa yang harus dipikirkan).
Praktisi public relations berusaha mempengaruhi agenda media dengan menyediakan berida untuk konsumsi masyarakat. Untuk mencapai hal ini, mereka berusaha mengidentifikasi persoalan yang bagu editor atau direktur berita dianggap sebagai sebuah berita, kemudian mereka melokalisasi pesan mereka dan membantu perwakilan media unutk membuat berita.
4.      PENDEKATAN TERHADAP RESOLUSI KONFLIK
Konflik biasanya melibatkan seseorang atau kelompok yang secara aktif melawan nilai atau tujuan orang lain. Sebagai halnya individu konflik perusahaan terjadi ketikas seorang stakeholder bergerak dalam arah berbeda dengan oraganisasi sehingga menciptakan perpecahan di antara pihak terkait. Ketika ini terjadi, seorang profesional public relations harus berusaha menggerakkan organisasi dan public menuju sebuah resolusi.

A.     MANAGAMENT PUBLIC RELATIONS
Dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkungan, seorang praktisi PR harus memiliki tahap-tahap dalam melakukan kegiatannya. Menurut Cutlip dan Center, ada empat proses public relations. Proses tersebut bersifat dinamis, sehingga setiap unsur yang ada pun berkesinambungan. Keempat proses tersebut adalah: 
1.      Research (penelitian)
Seorang praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan. Oleh sebab itu, praktisi PR perlu melibatkan dirinya dalam penelitian dalam pe-ngumpulan fakta. Ia perlu memantau dan membaca tentang pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang yang berkepentingan dan terpengaruhi oleh tindakan perusahaan. “What’s happening now?” merupakan kata-kata yang menjelaskan tahap ini. Seorang praktisi PR harus jeli dalam melihat data dan fakta yang erat sangkut pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Segala keterangan harus diperoleh selengkap mungkin. Dalam tahap mendefinisikan penilitian, seorang praktisi PR harus meng-olah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan, melakukan pertimbangan, dan menghasilkan penilaian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah didapat. Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan dengan cara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion, wawancara mendalam, danwalking around research.
2.      Planning (perencanaan)
Setelah tahap penelitian dan pencarian data, praktisi PR melanjutkan ke tahap perencanaan. Dalam tahap ini, praktisi PR melakukan penyusunan masalah. Ia melakukan pemikiran untuk mengatasi masalah dan menentukan orang-orang yang akan menggarap masalah nantinya. Perencanaan ini tidak boleh diabaikan, namun harus dipikirkan secara matang karena turut menentukan suksesnya pekerjaan PR secara keseluruhan. Perencanaan disusun atas data dan fakta yang telah diperoleh, bukan berdasarkan keinginan PR. Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik. Kata kunci dari tahap ini adalah, “What should we do and why?”
3.      Action and Communication (aksi dan komunikasi)
Komunikasi sering kali dilakukan berdasarkan asumsi pribadi oleh seorang praktisi PR. Akibatnya, tindakan tersebut terkadang membawa hasil yang buruk dan tidak disarankan karena akan berisiko pada citra perusahaan. Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban pertanyaan, “How do we do it and say it”. Tujuan dan objektivitas yang spesifik harus dikaitkan untuk mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan oleh praktisi PR. Ia harus mampu mengkomunikasikan pelak pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi sikap publiknya yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Selain itu, ia juga harus melakukan aksi dan melakukan kegiatan PR sebaik-baiknya. Kegiatan aksi ini merupakan kegiatan komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi organisasional.
4.      Evaluation (evaluasi)
Cara untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum adalah dengan mengadakan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengukur keefektifitasan proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, ia pun dituntut untuk teliti dan seksama demi keakuratan data dan fakta yang telah ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nama tengah seorang praktisi PR adalah ‘krisis’. Oleh karena itu, setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan masalah baru lagi. Dengan demikian, tahap ini juga sebagai acuan perencanaan di masa mendatang. Singkat kata, “How did we do?” menjadi acuan dalam tahap ini.











KESIMPULAN
PR pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi, walaupun ada sedikit perbedaan dengan kegiatan komunikasi lainnya karena ciri hakiki komunikasi PR adalah two way communications  (komunikasi dua arah atau timbal balik). Arus komunikasi timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan PR sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan prinsip pokok dalam PR. PR berfungsi menumbuhkan hubungan baik antar segenap komponen pada suatu lembaga atau perusahaan dalam rangka memberi pengertian memberikan motivasi dan partisipasi.  PR memiliki 4 proses antara lain Research (Penelitian), Planning (Perencanaan), Action And Communication (Aksi Dan Komunikasi), Evaluation (Evaluasi)

            REFERENSI

makalah Opini publik



KOMUNIKASI POLITIK, PROPAGANDA DAN PU

“Opini Publik”







  
DISUSUN OLEH :
Erry Hidayat
B.501.14.010



PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO

2015










KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. 
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas izinya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dari Mata kuliah Komunikasi Politik, Propaganda dan PU tentang Opini Publik.
Dalam penulisan makalah ini, kami sadari masih banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna baik pada teknis penulisan maupun isi materi dari makalah kami, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kami sangat berharap adanya kritik dan saran untuk kami yang membangun ke depannya.
Harapan kami, Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Tadulako Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
           
Mungkin hanya ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini,
terima kasih atas perhatiannya, kurang lebihnya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar belakang.......................................................................................... 1
b.      Rumusan Masalah..................................................................................... 2
c.       Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
a.       Pengertian Opini Publik............................................................................ 3
b.      Hubungan antara Opini publik dengan Public Relations-
(hubungan masyarakat)............................................................................. 3
c.       Dampak yang akan ditimbulkan opini publik........................................... 5
d.      Menjelaskan Ruang lingkup Opini Publik................................................ 6
BAB III PENUTUP
a.       Kesimpulan............................................................................................. 11
b.      Saran....................................................................................................... 11
BAB IV DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 13












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“, dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan“ (Sunarjo, 1984 :22). Public Relations berfungsi sebagai penyambung opini publik dan menampungnya untuk di tujukan kepada seseorang yang ingin dituju tersebut.
( Olii, 2007:20) Opini adalah pendapat, ide ataupun hasil pikiran manusia untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan, akan tetapi kebenaran atau kesalahannya belum bisa dapat langsung ditentukan kerena terkadang belum melalui proses penelitian terlebih dahulu.
Opini publik adalah merupakan salah satu cara untuk masyarakat atau sekumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pendapat, masukan atau aspirasi yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau yang dirasakan secara langsung atau melalui media/perantara, hal ini dilakukan dengan cara melalui interaksi secara langsung ataupun melalui media seperti media cetak, media massa bahkan media sosial sekaligus



B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut kami sepakat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa yang dimaksud dengan Opini Publik ?
b.      Hubungan antara Opini publik dengan Public Relations (hubungan masyarakat) ?
c.       Dampak yang ditimbulkan opini publik ?
d.      Menjelaskan Ruang lingkup Opini Publik !

C.     Tujuan
Adapun tujuan dan maksud dari makalah kami ialah :
-          Pembaca bisa Mengetahui tentang Opini Publik.
-          Pembaca bisa memahami hubungan antara opini publik dan public relations (hubungan masyarakat).
-          Pembaca bisa mengetahui dampak Apa saja yang ditimbulkan Opini Publik.
-          Pembaca bisa mengetahui ruang linkup Opini Publik.













BAB II
PEMBAHASAN

a.       Opini Publik
Seperti yang dijelaskan di kata pengantar, Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat“. Public Relations berfungsi sebagai salah satu penyambung opini publik dan menampungnya untuk di sampaikam kepada seseorang atau ke lembaga yang ingin dituju tersebut.
Opini adalah pendapat, ide ataupun hasil pikiran manusia untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan, akan tetapi kebenaran atau kesalahannya belum bisa dapat langsung ditentukan kerena terkadang belum melalui proses penelitian terlebih dahulu.
Opini publik merupakan salah satu cara untuk masyarakat atau sekumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pemikiran, pendapat, masukan atau aspirasi yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau yang dirasakan secara langsung ataupun melalui media dan perantara lainnya, hal ini dilakukan dengan cara melalui interaksi secara langsung ataupun melalui media seperti media cetak, media massa bahkan media sosial sekalipun. Opini publik juga bisa dilakukan beramai-ramai ataupun secara individual.

b.      Hubungan antara Opini publik dengan Public Relations (hubungan masyarakat)
            Tugas public relations erat hubungannnya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap yang menguntungkan seperti perusahaan, lembaga, instansi atau lain sebagainya. Yakni dilakukan dengan cara mempelajari dan melakukan analisis tentang reaksi publik terhadap tindakan dan kebijakan perusahaan atau instansinya.Penciptaan pendapat umum (opini publik) yang menguntungkan atau mendukung lembaga sosial, ekonomi dan politik adalah tujuan utama public relations. Opini publik atau pendapat umum (public opinion) mempunyai kedudukan yang penting dalam kegiatan penerangan dan public relations.Oleh karena itu perlu diketahui beberapa hal tentang pengaruh dan sifat-sifat pendapat umum. besarnya kemampuan opini publik terhadap kejadian pada umumnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dan berikut ini adalah contoh tentang kertekaitan antara opini publik ataupun public relations.
sebagai berikut:
1.      Opini Publik dapat meninggikan atau mengecilkan citra suatu organisasi. Misal, kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi dapat menimbulkan citra positif organisasi tersebut dan membentuk suatu opini publik yang positif. Sementara jika misalnya ada pemberitaan korupsi yang dilakukan oleh salah satu anggota di dalam sebuah organisasi, maka dapat menimbulkan opini publik yang negatif.
2.      Opini publik menentukan tingkat kepercayaan publik (masyarakat) terhadap suatu organisasi/perusahaan. Tingkat kepercayaan ini yang nantinya akan mempengaruhi keputusan-keputusan masyarakat terhadap produk yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
3.      Opini publik dapat mempengaruhi eksistensi atau keberadaan sebuah organisasi/perusahaan. Jika opini publik adalah negatif terhadap sebuah organisasi, maka mereka tidak akan mengizinkan keberadaan organisasi tersebut di daerah tempat mereka tinggal, juga tidak akan mengijinkan anggota keluarga maupun kenalan mereka untuk bekerja/bergabung di dalam organisasi tersebut.\

c.       Dampak yang ditimbulkan opini publik.
Opini Publik terjadi akibat persepsi-persepsi yang timbul dan kemudian berkembang. Karena opini publik bukan organisasi dan tidak ada pemimpinnya maka opini publik tidak bisa dikendalikan, pasti selalu ada pro dan kontra. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang kemudian menjadi dampak di masyarakat.
Dampak opini publik bisa positif bisa negatif bagi masyarakat. Dampak negatifnya adalah seperti tersebar luasnya desas-desus atau isu-isu atas sesuatu hal dan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata dari akibat opini publik tersebut.
Sebagai Contohnya seperti para aktor politik yang mengeluarkan salah satu opini harus berhati-hati sebelum mengeluarkan opini dan menyebarkannya kemasyarakat luas, karena sebagian masyarakat bisa saja menyimpulkan hal tersebut melalui pemikirannya sendiri dan menimbulkan dampak negative terhadap aktor politik tersebut.
Sedangkan Dampak positifnya seperti misalnya menyebarluasnya berita baik seeseorang akibat opini publik yang dapat meningkatkan prestasi orang yang diberitakan tersebut.
Sebagian dari dampak opini publik yang banyak adalah terbentuknya mitos, ideologi dan utopia. Opini masyarakat kebanyakan yang lama-lama seakan telah menempel pada kehidupan masyarakat dan bertahan lama hingga sekarang.
-          Mitos di Indonesia banyak yang menyuguhkan bukti yang dikait-kaitkan pada cerita.
-          Ideologi di Indonesia adalah pancasila yang dihasilkan dari pemikiran panjang setelah melihat dan mengenali keadaan bangsa.
-          Utopia adalah harapan-harapan yang indah-indah yang dianggap seperti surga bagi manusia.
Diperkirakan opini dan istilah ini muncul dari harapan-harapan masyarakat akan kedamaian di dunia yang hingga kini belum tercapai di dunia.

d.      Ruang lingkup Opini Publik
Berdasarkan distribusinya opini public terbagi menjadi tiga yaitu opini public antara lain :
1.      tunggal (ungkapan rakyat) disebut opini yang banyak.
Jenis opini publik ini disebut juga opini yang banyak terjadi karena banyaknya massa yang mengeluarkan opininya secara langsung terhadap sesuatu tersebut.
2.      opini public beberapa orang (ungkapan kelompok) disebut opini yang sedikit.
Jenis ini dikatakan opini yang sedikit karena hanya beberapa segelintir orang saja yang saling bertukar pendapat atau saling beropini tentang salah satu hal yang untuk di kemukakan saat segelintir orang tersebut bertemu.
3.      opini public banyak orang (ungkapan massa) disebut opini yang satu. Ketiganya merupakan wajah opini public yaitu opini massa, kelompok dan opini rakyat. Dan hal ini sering dilakukan dengan cara untuk menggunakan media massa agar bisa lebih cepat mencakup kepada masyarakat luas seperti yang di jelaskan di komunikassi massa.
Dengan kata lain, opini publik dapat menimbulkan kontroversi, antara pemerintah dan masyarakat sendiri. Namun, tidak jarang juga opini publik justru diarahkan untuk menguatkan kekuatan para elit politik. Dari hal itulah, opini publik juga tidak sepenuhnya mencerminkan kehendak rakyat; sesuai dengan hati nurani masing-masing individu.
Arti opini publik yang pramodern dewasa ini mempunyai arti penting dalam dua hal (Bernad Hennessy, 1990). Pertama, opini publik sebagai tekanan dari teman sejawat tetap merupakan hambatan bagi keterlibatan warga negara secara penuh. Minimnya sikap toleransi terhadap pandangan minoritas pun terjadi di banyak negara. Kedua, pemerintah mempunyai sumber yang luas untuk menciptakan, memperkuat, dan mengarahkan tekanan untuk menyesuaikan diri.
Opini publik adalah pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi. Gambaran tentang sesuatu akan menimbulkan banyak tafsir bagi para peserta komunikasi. Sesuatu akan berbentuk abstrak atau konkret dan selalu bermuka banyak atau berdimensi jamak karena adanya berbagai perbedaan penafsiran (persepsi) yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pergeseran citra pada opini publik ini tergantung pada siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Perubahan opini publik merupakan “dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah. Substansi tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.
Redi Panuju (2002) menegaskan pergeseran yang terjadi dalam opini publik disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1.      Faktor Psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada hanya kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaanmas antar individu yang meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan kerangka berpikir menjadikan setiap individu berbeda bentuk dan cara merespon stimulus atau rangsangan yang menghampirinya. Perbedaan faktor psikologis menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Bisa saja output komunikasi tidak sama dengan input komunikasi karena perbedaan beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang meliputi dimensi pemikiran (kognisi) dan dimensi emosi (afeksi).
Sebagian masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak. Setiap masalah mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa hilang begitu saja karena publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah bisa menyempit, bisa juga melebar karena ada kecenderungan “hiper-realitas” dalam komunikasi. Hiper-realitas adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan sekaligus menyembunyikan fakta yang lain. Proses psikologis bisa menghasilkan pergeseran makna atas realitas tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering simbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena opini publik semata-mata merupakan hasil penyandian individu-individu.
2.      Faktor sosiologi Politik
Opini publik terlibat dalam interaksi sosial seperti :
a.       Opini publik menunjukkan citra superioritas.
Siapa yang menguasai opini publik, maka ia akan mengendalikan orang lain. “Menguasai” bersifat dinamis dan relatif. Artinya, publik akan cenderung berpihak pada kelompok atau individu yang paling memiliki kedekatan hubungan.
b.      Opini publik menunjukkan keikutsertaan individu ke kejadian tertentu.
Melalui keikutsertaan ke dalam opini publik, individu merasa terwakili keberadaannya. Melalui opini publik, individu juga merasa sebagai bagian dari masyarakatnya.
c.       Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action).
Kenneth R. Boulding (1969) menyatakan citra, rencana, dan operasi merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu berubah. Matriks perilaku sangat tergantung pada citra. Opini publik memberi inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar terhindar dari pencitraan yang buruk.
d.      Opini publik sesuai dengan kemauan banyak orang.
Opini publik cenderung sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena itu, banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas berbagai keputusan. Dalam alam demokrasi, kebenaran normatif dapat digeser oleh kebenaran menurut “banyak orang”. Keputusan yang didasarkan pada dominasi opini publik belum tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku.
e.       Opini publik identik dengan hegemoni ideologi.
Jika kelompok atau pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan melalui opini publik.
3.      Faktor Budaya.
Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah seperangkat nilai yang digunakan mengelola, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun eksternal, dan mengembangkan kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu dijadikan identitas sosialnya atau dijadikan ciri-ciri keanggotanya di komunitas budaya tertentu.
Para budayawan di Indonesia pernah menggagas nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan bangsa Indonesia ke depan. Misalnya, mereka membedakan budaya Indonesia dari budaya Jawa dan Batak. Untungnya, dalam masyarakat kita masing-masing kelompok budaya sudah dibekali nilai-nilai toleransi sehingga perbedaan-perbedaan hanya terkumpul dalam opini publik, tetapi tidak meledak ke dalam konflik terbuka.
Selanjutnya dalam buku Redi Panuju (2002), James Lull menerangkan teori “meme” atau memetics yang dikembangkan sebelumnya oleh Richard Brodie (1996). Menurut Brodie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan di benak seseorang, yang memengaruhi kejadian di lingkungannya sedemikian rupa sehingga tertular ke benak orang lain. Kebebasan menggunjingkan orang lain (ngerumpi) menyebabkan informasi cepat tersebar luas dan inilah bagian yang kurang baik bagi meme.

Masyarakat kita adalah masyarakat tradisional yang didasari semangat gotong royong dan kekeluargaan. Ciri masyarakat tersebut menyebabkan jaringan sosial makin besar peranannya dalam menyebarluaskan informasi. Masyarakat kita juga menyenangi gosip, isu, atau rumor (desas-desus), sehingga gejala “meme” cepat menjadi kelipatan reproduksi yang menembus jaringan-jaringan sosial yang terisolir. Kerja reproduksi meme menyebabkan terjadinya interaksi antara tradisi dan etika. Interaksi itu bermuara ke tataran opini publik.
4.      Faktor Media Massa.
Menurut Meyer, yang dikutip Redi Panuju, interaksi antara media dan institusi masyarakat menghasilkan produk berupa isi media (media content). Audiens menyebabkan isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna. Apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman individu yang lalu, kepribadian individu, dan selektivitas penafsiran.












BAB III
PENUTUP

a.    Kesimpulan
Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat“.Opini publik merupakan salah satu cara untuk masyarakat atau sekumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pemikiran, pendapat, masukan atau aspirasi yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau yang dirasakan secara langsung ataupun melalui media dan perantara lainnya, hal ini dilakukan dengan cara melalui interaksi secara langsung ataupun melalui media seperti media cetak, media massa bahkan media sosial sekalipun. Opini publik juga bisa dilakukan beramai-ramai ataupun secara individual. Tugas public relations erat hubungannnya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap yang menguntungkan seperti perusahaan, lembaga, instansi atau lain sebagainya. Opini Publik terjadi akibat persepsi-persepsi yang timbul dan kemudian berkembang. Karena opini publik bukan organisasi dan tidak ada pemimpinnya maka opini publik tidak bisa dikendalikan dan dapat menimbulkan dampak positif atau negatif dari aktor politik, masyarakat atau siapapun. Berdasarkan distribusinya opini public terbagi menjadi tiga yaitu opini public seperti ungkapan tunggal, ungkapan kelompok dan ungkapan massa dan selain itu opini publik memiliki beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi.

b.    Saran
Opini publik harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum diungkapkan ke kekhalayak dan disebar luaskan ke masyarakat lain baik diluar daerah atau diluar negri. Opini publik harus dilakukan secara berhati-hati agar komunikan tersebut tidak menimbulkan kesimpulan sendiri dari apa yang telah disampaikan dan hanya pasti akan menerima dampak negative atau positif.



























BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Opini_publik
http://factintheworld.blogspot.com/2007/11/opini-publik.html
Anggoro, M. Linggar. 2005. Teori dan Profesi Kehumasan; Serta Aplikasi di Indonesia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Kasali, Renaldi. 2003. Manajemen Public Relations; Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.